Deretan Saham Ini Murah Meriah Banget, Udah Beli?

Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Sejumlah saham tercatat diperdagangkan jauh di bawah laba perusahaan. Namun, investor tetap perlu memerhatikan rasio keuangan lainnya sebelum mengoleksi saham-saham tersebut.

Dalam kamus investasi, ada sebuah metrik populer yang bernama price-to earnings ratio (PER; P/E ratio) yang berguna menilai mahal atau murahnya suatu saham dengan membandingkan harga saham dengan laba per saham (EPS).

Semakin tinggi nilai PER, semakin https://apkdwslot88.com/ mahal pula valuasi. Dan begitu pula sebaliknya. Dalam aturan umum, angka PER di atas 10-15 kali dianggap mahal alias overvalued, walaupun hal tersebut tetap bervariasi bergantung pada masing-masing industri.

Saham PT Star Pacific Tbk (LPLI) memiliki PER terendah, yakni hingga di bawah 1 kali, tepatnya 0,17 kali. Pada kuartal I 2023, LPLI berhasil membalik rugi bersih Rp6,63 miliar pada kuartal I 2022 menjadi laba bersih Rp434,79 miliar.

Namun, hal tersebut lebih karena sumbangsih laba dari aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi (neto) Rp325,34 miliar dan pendapatan lain-lain yang mencapai Rp119,21 miliar.

Pendapatan bersih perusahaan memang meningkat 231% secara tahunan (yoy), tetapi angkanya hanya Rp6,25 miliar selama 3 bulan 2023. Selain itu, beban pokok pendapatan LPLI mencapai Rp7,17 miliar, yang artinya membuat perusahaan menanggung rugi kotor Rp922 juta.

Arus kas operasi (CFO) LPLI juga minus Rp11,92 miliar per kuartal I 2023. Di bawah LPLI ada saham PT Organon Pharma Indonesia Tbk (SCPI) dengan PER 0,36 kali.

Namun, saham ini sudah tertidur lama sejak 10 tahun lalu seiring suspensi bursa lantaran perusahaan menyebut sempat akan melakukan delisting sukarela.

Ada lagi saham pengembang properti PT Pakuan Tbk (UANG) yang memiliki PER 0,46 kali. Perusahaan meraup pendapatan bersih Rp365,27 miliar pada kuartal I 2023, mayoritas dari kavling. Pada kuartal I 2023, kavling tidak menyumbang pendapatan apapun untuk UANG sehingga pendapatan bersih perusahaan hanya Rp107,98 juta.

Bursa memang memberikan notasi S karena selama 2022 UANG tidak mencatatkan penjualan sama sekali. Sementara, UANG membukukan laba bersih menjadi Rp264,18 miliar pada triwulan I 2023, setelah menanggung rugi bersih Rp26,79 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Ekuitas perusahaan juga sempat negatif (minus Rp19,65 miliar) pada 31 Desember 2022, sebelum akhirnya kembali positif (Rp244,53 miliar) pada kuartal I 2023.

Hanya saja, rasio utang debt-to equity ratio (DER) UANG sudah terbilang tinggi, mencapai 506%. Liabilitas perusahaan mencapai Rp1,24 triliun per 31 maret 2023.

Kemudian, di antara nama-nama tersebut ada sejumlah emiten batu bara, seperti PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS), PT ABM Investama Tbk (ABMM), dan PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) yang memiliki PER di bawah 2 kali.

Berkah batu bara membuat bottom line, laba bersih, perusahaan meningkat lebih cepat dibandingkan apresiasi pasar. Hal tersebut pada gilirannya membuat PER rendah.

Namun, yang perlu diingat, lantaran saham batu bara bersifat siklikal, potensi normalisasi harga batu bara bisa membuat laba perusahaan tidak setinggi saat ini dan bisa mengaburkan PER murah saat ini.

Singkatnya, untuk memilih saham dengan PER rendah, investor perlu melihat kesehatan keuangan perusahaan, prospek dan jenis industri, dan sejumlah rasio keuangan lainnya. Ini agar investor tidak terjebak ke dalam saham murahan yang tidak memiliki prospek cerah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*