Mayoritas saham emiten pertambangan emas terpantau bergairah pada perdagangan sesi I Jumat (17/3/2023), di tengah masih cerahnya harga emas acuan dunia pada perdagangan kemarin.
Hingga pukul 10:11 WIB, dari enam saham emas, hanya dua saham yang cenderung stagnan pada sesi I hari ini. Bahkan secara mayoritas, saham emas sudah melesat lebih dari 1%.
Berikut pergerakan saham emiten tambang emas pada perdagangan sesi I hari ini.
Saham emiten pertambangan emas Grup Bakrie yakni PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) memimpin penguatan pada perdagangan sesi I hari ini, yakni melonjak 2,72% ke posisi harga Rp 151/saham.
Berikutnya ada emiten emas BUMN yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang melesat 2,23% ke Rp 1.835/saham.
Namun, untuk saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) cenderung stagnan di level Rp 3.850/saham pada perdagangan sesi I hari ini.
Di tengah ketidakpastian terkait krisis perbankan di global, harga emas acuan dunia masih positif. Pada penutupan perdagangan Kamis kemarin, harga emas ditutup di posisi US$ 1.919,12 per troy ons, naik tipis 0,05%.
Emas masih bergerak di level tertingginya dalam 2,5 bulan terakhir
Laju kencang emas masih berlanjut pada pagi hari ini. Per pukul 06:40 WIB, harga emas di posisi US$ 1.921,35 per troy ons atau menguat 0,12%.
Sejak Rabu lalu, emas terus menguat. Pengecualian terjadi pada Selasa pekan ini. Bila dihitung sejak Rabu pekan lalu atau delapan hari terakhir, sang logam mulia sudah terbang 5,98% atau nyaris 6%.
Kenaikan harga emas masih ditopang oleh kekhawatiran pasar mengenai krisis perbankan. Krisis perbankan di Amerika Serikat (AS) sudah memakan korban Silicon Valley Bank (SVB), Silvergate Bank, dan Signature Bank.
Krisis menjalar ke Eropa dengan ambruknya kinerja Credit Suisse. Krisis pada bank berusia 167 tahun tersebut diperkirakan mereda setelah bank sentral Swiss (Swiss National Bank/SNB), akan memberi pinjaman sebesar US$ 54 miliar kepada mereka.
Huru-hara krisis di Amerika juga diharapkan melemah setelah 11 bank AS berkomitmen untuk menaruh dana US$ 30 milair atau sekitar Rp 461,25 triliun di First Republic Bank. Bank tersebut dikhawatirkan menjadi ‘next’ SVB setelah sahamnya terus jeblok.
Seperti SVB, First Republic Bank menghadapi penarikan dana besar-besaran karena anjloknya kepercayaan nasabah. Namun, bantuan kepada First Republic Bank dan Credit Suisse nyatanya belum mampu menghapus total kekhawatiran pasar.
Terlebih, bank sentral Eropa (Europe Central Bank/ECB) pada Kamis malam waktu Indonesia justru menaikkan suku bunga hingga 50 basis poin (bp), di tengah krisis perbankan.
“ECB benar-benar mengejutkan pasar dengan kenaikan 50 bp. Keputusan tersebut di luar dugaan mengingat banyaknya bank tumbang saat ini karena suku bunga yang terlalu tinggi,” ujar Jim Wycoff, analis Kitco Metals, dikutipĀ Reuters.
Kekhawatiran inilah yang kemudian membuat emas kembali dicari sebagai aset aman.