Fenomena Buang Dolar di Mana-Mana, Malapetaka Ancam Amerika
Status “king” yang kini menempel pada dolar Amerika Serikat (AS) kini rawan tergusur oleh mata uang lain. AS pun akan menghadapi sejumlah ancaman jika dolar AS terpental dari singgasananya.
Dolar AS mulai menjadi ‘penguasa’ dunia sejak 1920an dengan menggeser poundsterling Inggris.
Status “king dolar” semakin dikuatkan oleh https://www.alternatifkas138.online/ Bretton Woods systematau sistem Bretton Woods.
Sistem yang dibentuk pada tahun 1944 merupakan langkah AS dalam menciptakan tatanan sistem moneter baru di mana emas tidak lagi bisa menjadi nilai tukar tunggal.
AS juga menggunakan dan menetapkan dolar sebagai nilai tukar pengganti emas. Standar emas dan nilai mata uang lainnya akan ditautkan ke nilai dolar AS.
Pada saat itu, 1 gram emas ditautkan kepada US$35. Sistem tersebut ditandatangani oleh 44 negara pada 1944.
Sistem tersebut runtuh pada 1971 karena banyak pihak yang meyakini cadangan emas bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) tidak cukup untuk menjamin transaksi dolar.
Kendati sistem Bretton Woods runtuh, dolar AS tetap menjadi mata uang cadangan yang digunakan oleh negara-negara lain meskipun tidak lagi menjadi mata uang standar yang dipatok terhadap emas.
Dolar AS tetap menjadi penguasa karena paling banyak digunakan dalam perdagangan global, status AS sebagai negara dengan size ekonomi terbesar kedua, status AS sebagai pusat pasar keuangan dunia, serta super powernya AS dalam percaturan geopolitik dunia.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, status “king dollar” menghadapi tantangan berat. Banyak negara yang memilih meninggalkan dolar karena alasan stabilitas ekonomi.
China merupakan negara yang paling aktif dalam upaya de-dolarisasi. Pesaing terbesar AS dalam bidang ekonomi tersebut telah melakukan beragam kebijakan dan tindakan untuk meningkatkan penggunaan yuan sebagai mata uang internasional.
Pangsa dolar AS dalam cadangan devisa dunia menurun dari sekitar 70% pada tahun 2000 menjadi sekitar 60% saat ini.
Sebaliknya, euro hanya mengalami peningkatan sedikit. Renminbi China tumbuh paling cepat sejak 2016 meskipun pangsa cadangan globalnya masih kurang dari 3 persen.
Negara seperti Argentina dan Brasil mencari opsi lain untuk mengurangi risiko fluktuasi nilai dolar dan meningkatkan kemandirian ekonomi mereka.
India juga semakin getol meninggalkan dolar dengan mengganti pembayaran ke mata uang lain seperti renminbi China atau menggunakan rupee untuk perdagangan internasional mereka.